Originally Posted by
shin~
Saya bukan manusia munafik.
Karena saya bukan manusia munafik, maka saya sama sekali tidak menampik pentingnya eksistensi alat transaksi bernama uang dalam hidup saya dan hidup orang banyak, terutama di masa seperti sekarang ini.
Kasarnya, kita memang tidak bisa lagi hidup tanpa uang di zaman ini.
Tapi tentu saja, saya juga tidak akan membenarkan jika keberadaan uang kemudian bisa dengan seenaknya mengeliminasi kedudukan hati nurani pada diri seseorang.
Kecuali orang yang bersangkutan memang punya indikasi mengidap penyakit hati, misalnya tega menyengsarakan kehidupan orang lain agar ia mendapatkan keuntungan dari hal itu.
Cikal bakal seperti ini mungkin bisa dikatakan sebagai embrio dari tindakan kriminal yang tengah ramai dibicarakan masyarakat negeri ini sekarang, korupsi.
Karena seringnya kita dibombardir dengan kejadian bernada "saya-rela-melakukan-apapun-asal-saya-mendapat-untung" ini, mungkin banyak dari kita yang kemudian bersikap cenderung resisten atau imun, termasuk saya. Namun saya tegaskan, imun di sini bukan berarti kita menerima dengan lapang dada dizhalimi dengan cara demikian, kita tetap harus melawan, caranya saja yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Saat saya menyaksikan berita di televisi yang membahas tentang tindak-tanduk para koruptor misalnya, biasanya saya hanya akan mengutuk dalam hati atau mengeluarkan sedikit sumpah serapah. Atau saat saya mengalami kejadian 'pemalakan secara halus' di kantor pemda atau di kantor lurah agar urusan dipercepat prosesnya misalnya, biasanya saya akan memilih untuk tetap menggunakan jalur 'normal' yang memakan waktu jauh lebih lama, meskipun saya tidak menyangkal pernah juga satu-dua kali terpaksa meladeni tindak 'pemalakan secara halus' itu dalam keadaan kepepet.
Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa mayoritas kita juga akan melakukan hal serupa. Namun bagaimana kiranya jika pelaku tindakan rendah itu adalah orang yang kita kenal..?? Tidak hanya mengenal mungkin, tapi sangat mengenal baik..??
Bagaimana jika hal tersebut dilakukan oleh orang yang sebelumnya kita kenal sebagai seseorang yang jujur, baik hati, suka menolong, taat beribadah, pintar, dan sebenarnya hidup berkecukupan..?? Orang yang sepertinya kalap (atau istilah 'norak' mungkin lebih tepat untuk digunakan) saat harus bergelut dengan sebuah dunia konsumtif, penuh persaingan, dan konon kabarnya banyak godaan..??
Wajarkah jika kemudian kita berasumsi bahwa hal tersebut adalah sebagai sesuatu yang lumrah..?? Mungkinkah ajaran agama yang telah berpuluh tahun dipegang erat kemudian luntur tak bersisa hanya karena keakraban dengan benda bernama uang selama beberapa bulan..??
Ah, ironis sungguh jika seorang manusia yang kerap dimintai saran dan pendapat tentang beragam hal baik tiba-tiba berubah wujud menjadi monster bermata hijau saat melihat uang.
Sore ini, saya benar-benar merasa tertampar oleh kenyataan mengenai kekuatan uang.
Uang (secara sah dan meyakinkan) mampu membuat manusia menjadi sombong.
Uang (secara sah dan meyakinkan) mampu membuat manusia menjadi lupa diri.
Uang (secara sah dan meyakinkan) mampu membuat manusia menjadi lupa nurani.
Uang (secara sah dan meyakinkan) mampu membuat manusia menjadi lupa asal.
Uang (secara sah dan meyakinkan) mampu membuat manusia menjadi lupa teman.
Uang (secara sah dan meyakinkan) mampu membuat manusia menjadi lupa saudara.
Uang (secara sah dan meyakinkan) mampu membuat manusia menjadi lupa orang tua.
Uang (secara sah dan meyakinkan) mampu membuat manusia menjadi lupa Tuhan.
Uang (secara sah dan meyakinkan) mampu membuat manusia menjadi lupa terhadap impian yang sudah dirajutnya sejak lama jauh sebelum ia mengenal uang.
Uang (secara sah dan meyakinkan) mampu membuat manusia menjadi monster pemakan kaumnya.
Semoga kau cepat sadar, kembali ke jalan yang benar, dan kembali yakin bahwa masih banyak hal yang jauh lebih penting daripada lembaran-lembaran kertas menyilaukan berjudul uang
curhat ku hari ini smg tidak salah tempat--
di tunggu grp coment dan thanks nya dari kawan" semua : i Love Idgs
Share This Thread